Baca Juga
Indonesia
merupakan Negara multikultural yang memiliki banyak keanekaragaman hayati yang
bisa di manfaatkan oleh masyarakat sekitarnya. Tidak hanya itu, selain
keanekaragaman hayati yang di miliki sumber daya manusia sangat mudah di
temukan di Indonesia. Namun, selain banyaknya sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang di miliki Indonesia masih mengalami banyak kelemahan untuk
meningkatkan sosial ekonomi sebagai penunjang permasalahan kesejahteraan sosial
yang berada di Indonesia.
Salah
satu permasalahan besaar yang terjadi di Indonesia saat ini yaitu meningkatnya
kasus stunting terhadap balita dan anak – anak. Kasus stunting merupakan
permasalahan sosial multisektoral yang mana pengentasan masalah tersebut membutuhkan
sinergi dan kolaborasi dari berbagai kalangan masyarakat. Kasus stunting yang
terjadi di Indonesia menjadi perhatian public terutama Menteri Pemberdayaan
Perempuan dan Anak (KemenPPPA).
Untuk
mengatasi permasalahan tersebut maka, pemerintah mulai mengkaitkan isu
kesetaraan gender dalam keluarga terutama dalam rumah tangga yang kaitanya
sangat erat dengan isu stunting. Hal ini perlu dilakukan oleh pemerintah jika
masih ditemukan perbedaan peran dalam rumah tangga maka tidak heran jika kasus
stunting akan terus bertambah nilainya. Berbeda jika permasalahaan isu
kesetaraan gender dalam keluarga mampu di hilangkan maka, setiap rumah tangga
memiliki kemampuan untuk bekerja sama menyediakan kontribusi yang baik bagi
setiap keluarganya.
Jumlah
kasus stunting yang terjadi di Indonesia menurut Kementrian Pemberdayaan dan
Perlindungan Perempuan dan Anak yaitu pravelensi stunting nasional pada tahun 2018 –
2024. Hasil survey tersebut menunjukkan bahwa 21,6% mengalami penurunan menjadi
2,8% dari tahun 2021 sebesar 24,4%. Pada proses pengurangan angka tersebut,
maka peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk melakukan perbaikan kualitas SDM
sebagai bentuk percepatan penurunan stunting yang terjadi.
Proses
penurunan masalah stunting dibutuhakn peran perempuan yang sangat menentukan keberhasilan
penanganan kasus stunting yang sedang terjadi. Berbagai upaya untuk menjalankan
kasus penurunan tersebut pemerintah memiliki dua upaya yaitu sebagai berikut :
Pertama, melakukan intervensi secara langsung yaitu melakukan pemenuhan gizi
yang spesifik di sektor kesehatan Balita dan Keluarga. Kedua, yaitu melakukan
intervensi tidak langsung yaitu dilakukanya intervensi gizi sensitive pada
sektor non kesehatan.
Beberapa
upaya tersebut dapat dilaksanakan dengan baik apabila kolaborasi antara
pemerintah, lembaga kesehatan, lembaga kesejahteraan sosial beserta masyarakat
saling bekerja sama dengan baik. Lalu untuk menganilisis pengaruh kondisi
sosial ekonomi rumah tangga untuk mengurangi permasalahan stunting yaitu dengan
melakukan pencegahan dan pelayanan yang maksimal. Beberapa pencegahan dan
pelayanan sosial tersebut bisa berupa pemenuhan kebutuhan pangan dan sanitasi
air bersih.
Hal
ini dijelaskan oleh lee dalam penelitian umar bahwasanya peningkatan konsumsi
makanan akan meningkatkan kebutuhan gizi dan nutrisi yang sangat di perlukan
oleh balita dan anak – anak di masa pertumbuhanya. Selain peningkatan kebutuhan
pangan, tingkat pendidikan menjadi poin utama untuk mengurangi permasalahan
stunting. Tingkat pendidikan orang tua terutama ibu, risiko terjadi stunting
akan semakin rendah begitupun sebaliknya. Jika, tingkat pendidikan orang tua
rendah maka pravelensi stunting terhadap balita dan anak – anak akan meningkat.
Selain
itu dapat terlihat dari status pekerjaan ibu juga akan mempengaruhi tinggi
rendahnya kasus stunting yang akan terjadi. Hasil suatu penelitian pernah
menunjukkan bahwasanya jika perempuan bekerja di luar rumah, maka akan
meningkatkan pendapatan rumah tangga. Hal ini menjadi alasan jika pendapatan
rumah tangga semakin tinggi maka, kebutuhan rumah tangga akan terpenuhi dengan
baik begitu pravelensi angka stunting juga akan mengalami penurunan.
Selanjutnya
yaitu jumalh tanggung yang ada di internal keluarga akan mempengaruhi
berkurangnya asupan ASI kepada anak – anak maupun balita. Penelitian umar
menunjukkan bahwanya balita yang diberi asi sebesar 0,92 kali akan terhindar
stunting di bandingkan dengan balita yang tidak diberikan asi sama sekali. Selain
asi yang sangat penting sebagai pertumbuhan dan perkembangan balita dan anak –
anak, imuniasasi memiliki pengaruh besar juga terhadap permasalahan stunting. Hal
ini terlihat dari, balita yang diberi imunisasi secara lengkap sebesar 0,93
kali akan terhidar dari stunting dibandingkan dengan yang tidak diberikan
imunisasi sama sekali.
Selain
itu sanitasi dan penanganan sampah menjadi bagian pokok pemerintah untuk selalu
menjaga kenyamanan, kebersihan dan keamanan lingkungan. Sanitasi dan penanganan
sampah yang tidak aman maka akan terjadi 0,85 kali kasus stunting meningkat
dibandingkan dengan adanya kebijakan pemerintah untuk selalu menjaga, merawat
lingkungan dengan baik. Maka dari beberapa cara di atas bisa di praktikkan oleh
setiap elemen masyarakat untuk sama – sama mengurangi kasus stunting yang
terjadi Indonesia, semoga Indonesia dapat terhindar dari kasus stunting
tersebut.
comment 0 comments
more_vert