MASIGNALPHAS2101
994769863715964068

Analisis Film Lari dari Blora Menggunakan Teori Pertukaran

Analisis Film Lari dari Blora Menggunakan Teori Pertukaran
Add Comments
Minggu, 11 Desember 2022

Baca Juga


 

Film  Lari  Dari  Blora  ini  merupakan  salah  satu  film  legenda  yang  dimiliki  oleh  bangsa  Indonesia. Film  ini  menyorot  langsung  pada  salah  satu  suku  yang  berada  di daerah (Pati – Blora)  Jawa  Tengah, yaitu  Suku  Samin. Dalam  film  tersebut  menceritakan  bagaimana  keadaan  masyarakat  Blora  kala  itu, khususnya  untuk  masyarakat  Samin, dilihat   dari  sudut  pandang  tatanan  pemerintahan,  pendidkan,  lingkungan  dan  segala  aktivitas  yang dilakukan  oleh  penduduk  Samin. 

Ada  beberapa  tokoh  dalam  film  tersebut  seperti  : 

  1. Chintya  (seorang  gadis  amerika  serikat / LSM)

  2. Bongkeng  dan  Sudrun (narapidana  yang  kabur)

  3. Si mbah (tetua di daerah Samin)

  4. Ramadhian (seorang guru yang ingin anak anak Samin menempuh Pendidikan)

  5. Pak lurah 

  6. Hasanah (anak pak camat sekaligus guru)


Suku  samin  merupakan  salah  satu  masyarakat  yang  masih  memegang  teguh  adat  istiadat  yang  sudah  ada  didaerah  tersebut. Selain  terkenal  sebagai  suku  yang  tertutup  Samin  terkenal  sebagai  suku  yang  menjujung  tinggi  nilai  kejujuran  dan  tidak  bersikap  sombong. Ciri  khusus  yang  dimiliki  suku  Samin  itu  sendiri  biasanya ditandai  Ketika  orang  asing  berbicara  dengan  orang  Samin  maka, suku Samin tidak akan mau kalah. Contoh  ringan yang  yang  biasanya  dilakukan  oleh orang  Samin,  Ketika  kita  sedang  bertamu  disuku  Samin, dimana  akan disediakan  banyak pilihan  makanan  dan  juga  minuman. Namun, jika kita hanya mengambil air  putih  dan juga sepotong roti, maka  suatu saat  jika  kita  akan  bertamu lagi  2 hal  yang  kita  makan  itu.   

Namun,  dalam  film tersebut  diceritakan  ada  seorang  gadis  Amerika  serikat / LSM  yang  akan  melakukan  riset  pada  suku  Samin. Gadis  itu  bernama  Chintya, beberapa  hari  kedatangan  Chintya  ke  daerah  Blora,  Jawa  Tengah  2  narapidana  kabur  dari  sel  tahanan. Akibat  kaburnya  narapidana  tersebut  para  polisi  dan  tatanan  pemerintah  kota  Blora  kala itu  sangat  was – was  jika  terjadi  suatu  hal yang  tidak  diinginkan. Ramadhian   seorang  guru  yang  mengajar  salah  satu SD  di  daerah Blora  itu sangat  senang akhirnya  anak – anak  Samin diperbolehkan  untuk  sekolah  di SD tersebut, karena  ia  bertekad  ingin  mengubah pemikiran  sempit  suku Samin. 

Perlu   kita  tahu  bahwa  masyarakat  Samin  itu  tidak  bisa  membaca  dan  menulis.  Sehingga  ajaran – ajaran  dari  Suku  Samin  harus  dipatuhi  oleh  orang  Samin,  biasanya  mereka  di  juluki  sebagai  sedulur  sikep. Hal  ini  merupakan  bukti  kuat  bahwa suku  samin  menolak  segala  sesuatu  yang  diajarkan  oleh Belanda  ke  kota tersebut. Seperti  adanya  sekolah,  karena  mereka  menganggap  bahwa  sekolah  dijaman  belanda  itu merupakan  asas politik yang  dilakukan sekutu  oleh negara  kita  karena  kita  akan mendapatkan  Pendidikan  dan  penanaman nilai berbasis belanda.  Suku  Samin  mengira  babhwa  dengan   Pendidikan  formal tersebut  hanya  digunakan  untuk  membodohi  sesama. Namun,  beberapa   scene film Lari Dari Blora  yaitu,  disaat  anak  anak  Samin tidak  di perbolehkan  oleh  pemerintah  Blora  untuk  menempuh  Pendidikan  formal. Dalam  scene  tersebut  Chintya   barau  saja  wawancara  dengan  pak  lurah  mengenai masyarakat  Samin yang  ia  rasa  sangat  produktif. Nmaun,  saat  chintya  bertanya  “mengapa anak – anak  samin dilarang  menempuh  Pendidikan  formal..?” . pertanyaaan  Chintya   kala  itu  disanggah  langsung  oleh  pak  lurah,  bahwa perlu  diluruskan  supaya  tidak  ada  manipulasi  informasi   seakan – akan  pak  lurah menjadi  dictator. Ramadhian  yang  menyanggah  perkataan  pak lurah  bahwasanya  itu merupakan  pemikiran  sempit  kala itupun  juga mendapat  kritikan  dari  pak lurah. 

Beliau  mengatakan  bahwa  ramadhian  itu  orang  yang  berintelektual  tinggi  namun  tidak  mengerti  menjaga  kearifan  lokal  yang  berada  di  negara Indonesia  saat itu. Karena   pak  lurah  memberikan  argument  dalam  sebuah  buku.  Di mana  dalam  buku  tersebut  di jelaskan  bahwa “Lembaga  sekolah  bukan  satu- satunya sebuah  institusi  untuk  menuntut  ilmu ,  bahkan  kontra  produktif  tidak  memberikan  pencerahan  dalam  berfikir  dan  bersifat  dogmatis.  Sehingga menginginkan  asas- asas  untuk  belajar”.

Akhirnya, kala  itu  anak- anak  samin  tidak  diperbolehkan  untuk  menempuh  Pendidikan  kembali. Pak  ramadhian  kala  itu  langsung  meminta  izin  kepada si mbah  untuk mengajak  anak anak  samin  belajar  memebaca dan  juga  menulis simbah  mengizinkan  niat  baik  ramadhian  kala itu, namun berbeda  dengan orang  tua anak  samin  itu, karena  mereka  menganggap  bahwa  definisi  pintar  menurut mereka  yaitu,  bisa  memahat  batu,  bisa  naik pohon  kelapa dll. Anak – anak   akhirnya  dipermudah  untuk  mengikuti  sekolah  formal. 

Untuk  narapidana  yang  kabur  dari  sel  tahanan, akhirnya  masyarakat  satu  persatu  mulai  curiga  terkuak Ketika  hendak  mengambil  pisang,  kelapa,  dan  jagung  milik  simbah. Ada  satu  pesan  yang  paling  menarik  dari  kejadian  ini  yaitu “kenapa  mesti  mencuri,  orang  minta  aja  pasti diberi kok,  kenapa  mesti berlari  kalau  tidak  akan dikejar,  kalau  kamu  terus – terusan  berlari,  semakin  kencang  berlari,  semakin  sulit berhenti,  kalau  tidak pernah berhenti,  tidak  bisa  menarik  napas Panjang,  kalau dalam  hidup orang  tidak  bisa  menarik  napas  Panjang  hidupnya  jadi tegang”. Dan ada satu lagi yang bisa kita jadikan pelajaran pesan terakhir simbah untuk  narapidana  itu “ orang yang paling bisa meenghidupi diri kalian ya diri sendiri, orang yang paling serius yaitu orang yang tidak punya kesalahan, orang yang tidak punya kesalahan bisa menjadi orang sakti, dan orang paling sakti yaitu orang yang tidak punya musuh. 

Perlu kita ketahui bahwa  pandangan mencuri menurut orang samin itu snagat hina sekali. Maka, dari pesan- pesan yang disampaikan oleh si mbah kepada narapidana, yaitu melakukan pendekatan memberi arahan kepada narapidana  dengan adat suku yang berada di sana. Seperti seorang pencuri tidak di hukum atau dipenjara dengan tatanan pemerintah, akan tetapi akan dihukum melalui cara – cara adat yang sudah ada di suku samin tersebut. 




  1. Proses Sosial tatanan masyarakat kepada suku samin terhadap teori pertukaran 


Interaksi sosial merupakan aspek dinamis dari masyarakat. Dimana didalam-

nya terhadap suatu proses hubungan antara manusia satu dengan manusia lain. Hal itu 

disebabkan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, yang selalu ingin 

mengadakan hubungan dengan individu lain guna memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Dalam memenuhi kebutuhannya komunitas Samin komunitas Samin mengadakan 

hubungan dengan masyarakat sekitar meskipun intensitasnya kecil. Dari hubungan 

tersebut ternyata membuahkan suatu hubungan pernikahan antara komunitas Samin 

dengan masyarakat sekitar. Meskipun memiliki adat, tata cara serta budaya yang berbeda 

pernikahan tetap berlangsung. Antara kedua kelompok sosial ini sama-sama mengem-

bangkan sikap toleransi, sikap menghargai orang lain dan kebudayaannya, serta persa-

maan unsur budaya yaitu sama-saama sebagai orang Jawa sehingga pernikahan itu bisa 

terjadi(Soekanto, 2002:83).

Proses sosial yang terjadi dalam film Lari Dari Blora ini yaitu Ketika kita melihat interaksi sosial yang dilakukan antara Chintya yang mulai membaur dengan masyarakat Blora dan juga Suku Samin. Perlu kita ketahui bahwa dulu masyarakat samin kehidupanya sangat tertutup dari lingkungan luar, pengaruh dari lingkungan luar dan juga kedatangan orang luar. Namun faktanya dalam video Lari Dari Blora akibat yang ditumbulkan dari proses sosial yang sangat Panjang dapat mengubah sudut pandang suku samin untuk mulai melakukan interaksi sosial kepada masyarakat lebih luas serta tidak menutup diri maupun lingkungan lagi. 

Proses sosial yang terjadi pada film ini, kita mengacu pada teori pertukaran George Casper Homans dari situ dijelaskan bahwa tiap perilaku manusia memiliki penjelasan atau dasar psikologis yang menyebabkanya. Dari sini, dapat kita ulik bersama bahwa, ajaran atau system nilai yang membentuk jati diri desa Samin merupakan kebudayaan yang dibawa oleh seorang tokoh, yang bernama Samin Surosantiko pada tahun 1980. Dimana ia mulai menyebarkan ajaran kebatinan dan suku samin sangat menentang formalitas. Ajaran ini disebarkan ke daerah Blora, Madiun, Bojonegaradan banyak kota yang ada Indonesia lainya. Sehingga dari kajian yang di ajarkan langsung oleh Samin Surasantiko ini sangat mempengaruhi sisi psikologis masyarakat setempat untuk melakukan sosialisasi dengan masyarakat lainnya. 

Namun, jika kita lihat dari sudut pandang teori pertukaran Peter Blau yaitu, ia mengembangkan sosiologi dan pendekatan mikro maupun makro. Walaupun ia merupakan tokoh teori pertukaran, namun kajianya terfokus padaa stuktur sosial. Padahal kita ketahui bahwa, suku samin sangat menentag formalitas. Mereka lebih mengutamakan keharmonisan hidup, keselarasan dengan alam. Sehingga, kebudayaan dalam hal ini merupakan hasil pola pikir akal manusia sehingga dilestarikan oleh suku samin secara turun temurun. 

Perlu kita tahu, bahwa analisis Blau ini semakin jauh dari teori pertukaran menurut Homans. Karena menurut Homans perilaku individu yang terpenting menjadi lenyap dengan pemikiran Peter Blau. Blau mengganti peran individu dengan berbagai jenis fakta sosial. memusatkan perhatian pada faktor yang mempersatukan unit-unit sosial pada tingkat skala luas dan faktor yang memisahkanya ke dalam bagian-bagian kecil yang jelas menjadi sasaran perhatian pakar fakta sosial tradisional. Jika kita ulik kedalam film Lari Dari Blora bahwa kita lebih difokuskan kepada masyarakat Samin kala itu, bagaimana tatanan masyarakat yang sangat berbeda dengan tatanan pemerintah, interkasi sosial yang kurang karena sikap tertutup masyarakat tersebut, masih bbanyak yang berfikiran sempit dan menganggap sekolah formal atau menempuh Pendidikan itu tidak terlalu penting dan masih banyak lagi. 

Kebudayaan masyarakat samin, mereka juga memiliki “kitab suci” yaitu serat jamus kalimasada yang terdiri dari beberapa buku seperti serat punjer kawitan, serat pikukuh kasajaten, serat uri uri pambudi, serat jati sawit, serat lampahing urip mereka merupakan kitab kitab popular yang dimuliakan oleh masyarakat samin Dalam setiap interaksi sosial pasti ada faktor-faktor yang mempengaruhinya artinya faktor-faktor tersebut ikut berperan didalamnya. Termasuk di dalam interaksi sosial antara komunitas Samin dengan masyarakat sekitar. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial menurut Santoso adalah situasi sosial, kekuasaan norma kelompok, tujuan pribadi masing-masing individu, interaksi sesuai dengan kedudukan dan kondisi setiap individu serta penafsiran situasi.

Tanpa faktor-faktor tersebut niscaya interaksi tidak dapat terjadi. Faktor-faktor yang berperan dalam interaksi sosial komunitas Samin dengan masyarakat sekitar  

Factor yang pertama adalah situasi sosial yang memberi bentuk tingkah laku terhadap individu yang berada dalam situasi tersebut. Situasi sosial memiliki peran yang sangat penting bagi interaksi sosial. Dengan mengetahui secara jelas situasi sosial komunitas Samin atau warga dapat melakukan interaksi sosial dengan baik dan benar. Masing-masing pihak memiliki kesadaran untuk melakukan interaksi sesuai dengan situasi sosial pada saat itu. Misalnya, pada saat Halal bi halal. Pertemuan dan perbincangan antara dua kelompok sosial tersebut lebih dirasakan dalam situasi ketika halal bi halal. Dalam pertemuan dan perbincangan mereka tetap berpegang dengan ajaran serta norma yang berlaku.

Faktor yang kedua adalah faktor kekuasaan norma kelompok, maksudnya adalah perilaku setiap warga termasuk komunitas Samin dalam setiap tindakannya ada norma-norma yang mengatur, meskipun komunitas Samin dalam setiap tindakan dan perilaku telah memiliki aturannya sendiri yang berbeda dengan orang biasa namun mereka juga memiliki norma-norma atau aturan yang mengikat mereka dalam hidup bermasyarakat termasuk dalam berinteraksi norma-norma tersebut juga berlaku bagi masyarakat sekitar. Norma-norma kelompok tersebut diterapkan dengan baik, hal ini ditandai dengan teraturnya hubungan antara komunitas Samin dengan masyarakat sekitar. Kedua belah pihak memiliki rasa saling menghormati dengan bertindak sesuai dengan norma-norma yang tidak tertulis dalam bentuk peraturan melainkan lisan yang dihubungkan dengan perasaan.

Faktor yang ketiga adalah adanya faktor tujuan pribadi yang dimiliki masing- masing individu sehingga berpengaruh terhadap perilakunya. Setiap interaksi sosial pasti memiliki tujuan. Tujuan tersebut merupakan tujuan besar ataupun hanya sekedar tujuan sederhana, misalnya adanya tujuan seseorang warga bertegur sapa dengan seseorang dari pemukiman komunitas Samin adalah untuk menunjukkan rasa saling menghormati. 

Interaksi yang terjadi pada waktu pemberian penyuluhan tentang pentingnya pendidikan bagi komunitas Samin pada zaman seperti sekarang ini, tujuannya agar anak- anak dari komunitas Samin mau menempuh pendidikan formal dalam rangka ikut mencerdasksn kehidupan bangsa.

Faktor yang keempat adalah setiap individu berinteraksi sesuai dengan kedudukan dan kondisinya. Maksudnya, komunitas Samin dengan masyarakat sekitar berinteraksi sesuai dengan kedudukan dan kondisinya. Misalnya ketika komunitas Samin bertemu dengan perangkat desa, di dalam interaksi tersebut terlihat adanya jarak antara seseorang biasa yang tidak memiliki kedudukan untuk dihormati. Lurah memiliki kedudukan sebagai pemimpin masyarakat. Sebagai masyarakat biasa komunitas Samin telah memiliki kesadaran akan kedudukan dan kondisinya. Tidak ada penilaian negatif terhadap kedaan tersebut. Begitu juga dengan pihak komunitas Samin sebagai pihak minoritas, mereka sadar akan kedudukannya dengan tetap menghormati masyarakat sekitar. 

Faktor kelima adalah adanya penafsiran situasi. Di mana setiap situasi mengandung arti bagi setiap individu sehingga mempengaruhi individu untuk melihat dan menafsikan situasi tersebut. Misalnya ada di antara komunitas Samin yang sedang tertimpa musibah dalam situasi dan keadaan sedih maka seorang dari masyarakat sekitar diminta untuk membantu menyelesaikan masalah. Dengan melihat situasi tersebut dan berusaha mengarahkan situasi sehingga pada saat itu menjadi suatu situasi yang diharapkan.

Faktor-faktor yang disebutkan di atas adalah faktor-faktor yang berperan serta berpengaruh terhadap interaksi sosial antara komunitas Samin dengan masyarakat sekitar. Kelima faktor tersebut harus ada dalam setiap interaksi sosial termasuk interaksi sosial antara komunitas Samin dengan masyarakat sekitar.



  1. Perubahan sosial pada masyarakat samin sampai saat ini 


suku samin itu adat dimana peraturan atau tatanan sosial berasal dari suku samin itu sendiri jadi tidak mengikuti struktur tatanan pemerintah yang ada. Karena semakin berkembangnya zaman semakin memudar suku samin itu dari semua tatanannya. Dulunya mereka menentang segala formalitas baik dari administrasi negara, pembayaran pajak, Lembaga sekolah dan pernikahan yang dilakukan kantor agama, penduduk samin menentang itu semua. Karena mereka memiliki ajaran dan adat sendiri yang harus mereka patuhi oleh orang orang saminisme yang dijuluki sebagai sikep. 

Namun sekarang dengan berkembangnya zaman, para saminisme memulai untuk mengikuti tatanan tatanan pemerintah yang ada. Dan bberapa nilai nilai budaya samin yang bisa kita kutip dalam film Lari Dari Blora ini percakapan simabh kepada pak ramadhian.

“ya itu semua kan bagian dari kehidupan udara untuk kita bernapas, dan air memelihara hidup kita” 

“tidak ada yang perlu dirisaukan, wong kita saling percaya kok. Kita percaya alam, dan alam percaya pada kita”

Kejujuran itu penting dalam kehidupan, apabila orang sudah mampu untuk jujur, tidak ada lagi yang dirisaukan, karena semua orang saling percaya dan mempercayai”

“seluruh warga desa samin ini kaum sikep, kita semua saling satu pemikiran, kalau ada yang berbeda pikiran pasti tidak betah, mereka akan pindah ke kota atau ke tempat lainya”

“remaja tidak akan mungkin merubah ajaran kaum sikep saminiah itu kehendak yang sebenarnya dan setiap orang yang tinggal didesa ini” 


Dari beberapa uraian di atas kita ketahui bahwa kehidupan masyarakat samin yang begitu saklek dengan tatanan suku adat mereka semakin kesini semakin memudar seiring berjalanya waktu, karena mereka sekarang mau mnegikuti tatanan masyarakat, mau mengikuti pembelajran formal sehingga tidak memiliki pemikiran sempit dengan ilmu pengetahuan justru mereka semakin terbuka dengan ilmu. Bagi orang samin nilai – nilai budaya yang ada yaitu, mengenai konsepi mana yang benar mana yang salah, mana yang indah mana yang tidak indah, mana yang di anggap baik atau buruk akan membentuk suatu system nilai yang kemudian tumbuh norma  yang dijadikan patokanuntuk mengatur komunikasi dan perilaku masyarakat samin.

Oleh karena itu dulu masyarakat samin sangat percaya dengan leader mereka atau biasanya disebut sesepuh dalam suku tersebut. Karena dipengaruhi oleh factor introvert mereka. Namun untuk saat ini telah terjadi social exchange bagian dari kontribusi masyarakat untuk memerdekakan warganya supaya lebih maju dan lebih kompeten dalam masalah bersosialisasi.

Pokok – pokok ajaran saminisme :

  1. Agama adalah senjata dan pegangan hidup

  2. Jangan mencuri, berbohong dan iri dengki

  3. Bersikap sabar dan tidak sombong

  4. Manusia hidup harus memahami kehidupannya 

  5. Menjaga bicara baik dari ucapan, tingkah laku 

Pandangan masyarakat samin terhadap lingkungan sangat positif, mereka lebih suka memanfaatkan alam, mereka juga tidak pernag mengeksploitasi hal itu merupakan bagian bagian kecil pemikiran masyarakat samin yang cukup sederhana, tidak berlebihan dan apa adanya. Namun dengan adanya perubahan zaman juga mempengaruhi terhadap tradisi masyarakat samin. Mereka saat ini sudah banyak yang menggunakan alat lat canggih untuk membantu kehdiupan mereka sebagai petani dan masih banyak lagi. Pada intinya mereka semakin berkembangnya zaman sudah mulai membaur dan mulai untuk mengikuti kegiatan kegiatan pemerintah formal. 





  1. Kesimpulan 


Samin  adalah  salah  satu  kelompok  masyarakat  adat  yang  tinggal  di  daerah  pedalaman,  Blora  Jawa  Tengah. Sebagai  masyarakat  samin  mereka  masih  memegang  kuat adat  dan  tradisi  yang  di  ajarkan  oleh  para  saminisme. Salah  satu  ajaran  samin  yaitu  menjujung  tinggi  kejujuran  dan  tidak  bersikap  sombong. Karena  pada  dasarnya  ajaran –  ajaran  itu  harus  dipatuhi  oleh  orang  samin  sehingga  mereka  dijuluki  sebagai  sedulur  sikep. 

Orang  samin  hidupnya  tidak  mengerombol, namun  jika  hidup  dalam  satu  suku  di  sebuah  kota  mereka  akan  patuh  dengan  leader  opinion  mereka  atau  biasanya  disebut dengan  sesepuh  suku  samin. Penduduk  samin  itu  tersebar  di  beberapa  kabupaten  seperti : kabupaten  Grobogan, Bojonegoro, Rembang, Pati, Kudus dan  untuk  jumlah  dalam  setiap  desa  ada  5 – 6  keluarga.

Dalam  pergaulan  sehari – hari  baik  terhadap  sesama  samin  maupun  orang  luar, masyarakat  samin  lebih  teguh  pendirian  dalam  memegang  prinsip, “ono  niro  mergo  ningsung,  ono  ningsung  mergo  niro” maksudnya  yaitu  saya  ada  karena  kamu, kamu  ada  karena  saya. Itulah  ciri  khas   masyarakat  samin  yang  menjaga  budi  pekerti, pergaulan  dan akhlaknya. 

 


  1. Daftar Pustaka 

http://blog.unnes.ac.id/budayaindonesia/2016/11/07/suku-samin/  

http://blog.unnes.ac.id/budayaindonesia/2016/11/07/suku-samin/ 

https://blog.ub.ac.id/yuliamegayani/2014/06/19/review-film-lari-dari-blora/ 

https://www.google.com/amp/s/m.kapanlagi.com/amp/film/indonesia/lari-dari-blora-harmoni-tanpa-kekangan-hukum.html 

P Lestari - Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi, 2008 - journal.uny.ac.id 

IP Lestari - … : International Journal of Indonesian Society and …, 2013 - journal.unnes.ac.id 


ranahcahaya.com

Halo semuanya, Ranahcahaya.com merupakan sebuah situs media berbasis website dengan menyajikan informasi-informasi menarik di sebuah kehidupan. Semoga bermanfaat