Baca Juga
Masa kanak – kanak merupakan masa terpenting dalam proses
perkembangan individu untuk menjalankan segala aktivitasnya baik dalam lingkup
sosial, agama, bangsa dan Negara. Masa tersebut menjadi fase perkembangan
kritis bagi anak jadi segala bentuk sikap, perilaku dan kebiasaan dibentuk saat
kanak – kanak merupakan waktu yang tepat untuk proses tumbuh kembagnya. Selain
pola pengasuhan pengembangan ini diharapkan dapat membantu individu dalam
menyesuaikan diri dengan lingkunganya.
Pola asuh yang sesuai tentu bisa membangkitkan kecerdasan interpersonal
dari anak-anak narapidana sehingga mereka terhindar dari stigma yang
mengakibatkan untuk di kucilkan oleh masyarakat. Maka, pola peengembangan
kecerdasan interpersonal dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti :
mengembangkan kecerdasan motoric dan psikomotorik pada anak, mengajarkan
situasi sosial dan etika sosial pada anak sejauk usia dini, mengembangkan sikap
empati pada anak, mengembangkan sikap prososial, serta mengajarkan komunikasi
yang santun kepada lingkungan sosial.
Disini kami menggunakan Pola Asuh Baumrind untuk membangun
Kecerdasan interpersonal kepada anak – anak. Baumrind membagi tipelogi Pola
asuh menjadi 4 bagian yaitu sebagai berikut :
1.
Pola asuh authoritarian
Menurut Baumrind, bentuk pola
asuh authoritarian (otoriter) memiliki ciri
- ciri sebagai berikut :
-
Memperlakukan anak denga keras
-
Suka menghukum yang di anggpa tidak sesuai
dengan keimginan orang tua
-
Kurang memiliki kasih sayang
-
Surang simpatik
-
Mudah menyalahkan segala aktivitas anak terutama
anak ingin berlaku kreatif
2.
Pola asuh authoritative
Menurut Baumrind yaitu pola
asuh yang menenkankan komunikasi pada 2 arah antar anak dan orang tua atau
pengasuh. Ciri — ciri pola asuh ini yaitu sebagai berikut :
-
Hak dan kewajiban anak dan orang tua diberikan
secara seimbang
-
Saling melengkapi satu sama lain, orang tua yang
menerima dan melibatkan anak dalam mengambil keputusan yang terkait dengan
keputusan suatu lembaga atau keluarga yang sudah disusun
-
Memiliki tingkat pengendalian yang tinggi dan
mengharuskan anak — anak bertindak pada tingkat intelektual dan sosial sesuai
usia dan kemampuan mereka, tetapi mereka tetap memberik kehangatan dan
komunikasi 2 arah.
-
Memberikan penjelasan atas hukuman yang
diberikan orang tua kepada anak
-
Selalu mendukung apa yang dilakukan oleh anak
tanpa membatasi segala potensi yang dimilikinya serta kreeativitasnya, namun
tetap membimbing dan mengarahkan anak.
3.
Pola asuh permisif
Yaitu pola asuh orang tua yang
memiliki sifat terlibat, hadir, tanggung jawab kepada anaknya. Namun, sedikit
menerapkan tuntutan atau aturan kepada anaknya. Ciri — cirinya yaitu sebagai
berikut :
-
Orang tua memberikan kebabasan kepada anak
seluas mungkin
-
Anak tidak dituntut untuk belajar tanggung jawab
-
Anak diberikan hak sama dengan orang orang
dewasa, dan diberikan kebebasan yang seluas, luasnya untuk mengatur diri
sendiri.
-
Orang tua tidak banyak mengatur dan mengontrol,
sehingga anak tidak diberikan kesempatan untuk mengatur diri sendiri dan
kewenangan untuk mengotrol dirinya sendiri
4.
Pola asuh neglectful
Yaitu pola asuh yang diberikan
orang tua dengan sistem orang tua memberikan sedikit kehangatan dan kendali
terhadap anaknya. Orang tau tipe ini cenderung tidak mencukupi kebutuhan
anaknya.
Sehingga,
penulis dapat menganalisi bahwasanya sistem yang sesuai untuk diterapkan kepada
anak – anak
keluarga anggota narapidana menggunakan sistem pola asuh yang kedua. Orang tua
di anggap sebagai orang yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Maka,
pola asuh yang kedua yaitu tugas orang tua dengan menggunakan pola pengasuhan
yang tegas, mengayomi, memberikan kasih sayang, menentukan batas serta
memberikan ruang antara sang ibu dan anak untuk memberikan kumnikasi terbuka.
comment 0 comments
more_vert