Baca Juga
Manusia merupakan mahluk
social yang akan selalu bersinggungan dengan manusia yang lain. Manusia juga
seringkali dihadapkan oleh banyak masalah dan banyak manusia juga yang kurang
memperhatikan tentang masalah tersebut. Adakalanya masalah yang sederhana namun,
ada juga masalah yang sangat kompleks. Disini kita akan membahas perihal
konseling untuk saat ini banyak orang yang kurang aware terhadap sisi konseling
tersebut.
Konseling adalah upaya
membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara
konselor dan klien agar klien mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu
membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya
sehingga klien merasa bahagia dan efektif perilakunya. Membina hubungan baik
adalah dasar dari pemberian konseling pada klien.
Dengan adanya hubungan
yang baik akan menciptakan keterbukaan dari klien terhadap konselor. Untuk
dapat membina hubungan yang baik dengan klien maka tidak terlepas dari pribadi
konselor, kepribadian konselor juga mempengaruhi terjadinya hubungan konseling
karena klien juga akan melihat apakah konselor yang dituju dapat dipercaya dan
mampu menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi klien.
Barbara F. Okun
menyatakan bahwa hubungan konseling adalah hubungan membantu memecahkan
permasalahan klien yang dipusatkan pada perubahan perilaku dan tindakan klien
serta mengidentifikasi pemahaman klien terhadap perasaan, perilaku dan
tindakannya juga pemahaman klien terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya.
Dari penjelasan beberapa pakar konseling, menunjukkan bahwa hubungan yang baik
sangat penting dalam proses konseling. Dalam Islam, hubungan ini bisa dikatakan
sama dengan hubungan persaudaraan (Ukhwah) atau silaturrahmi.
Jadi yang dimaksud
dengan konsep membangun hubungan dalam konseling menurut Barbara F. Okun di
tinjau dari perspektif Islam adalah rancangan pemikiran Barbara F. Okun
mengenai hubungan dalam konseling yang merupakan langkah awal suatu proses
konseling dapat berjalan efektif dikaji dan ditela’ah menurut pandangan Islam
lewat Al-Qur’an, hadits maupun pendapat-pendapat ulama
Ada tiga ciri atau sikap
pribadi konselor yang membentuk hubungan konseling dan proses konseling, yaitu
keselarasan atau kesejatian, perhatian positif tak bersyarat dan pengertian
empatik yang akurat. Keselarasan merupakan ciri yang paling penting.
Keselarasan menyiratkan bahwa konselor tampil nyata, yang berarti sejati,
terintegrasi dan otentik selama pertemuan konseling. Konselor tampil tanpa
kepalsuan, pengalaman batin dan ekspresinya bersesuaian, dan bisa secara
terbuka mengungkapkan perasaan-perasaan dan sikap-sikap yang muncul dalam
hubungan dengan kliennya.
Konsep ini menyiratkan
bahwa konselor memahami perasaan-perasaan klien seakan-akan perasaan-perasaan
itu adalah perasaan-perasaannya sendiri, tetapi tanpa tenggelam di dalamnya.
Dengan bergerak bebas di dunianya klien, konselor tidak hanya bisa
mengomunikasikan pemahaman tentang apa yang telah diketahuinya kepada klien,
tetapi juga bisa memberitahukan makna-makna pengalaman yang hanya bisa diketahui
secara samar-samar oleh klien.
Hubungan konseling
sangat menentukan terhadap keberhasilan proses konseling. Hubungan konseling
ditentukan oleh kepribadian, pengetahuan dan skill konselor. Ketiga aspek ini
menyatu dalam diri konselor sehingga dia mampu mengelola proses konseling
dengan menciptakan hubungan konseling yang dapat melibatkan klien untuk selalu
mengeluarkan isi hati, cita-cita, kebutuhan, tekanantekanan psikis, serta
rencana hidup yang ingin dia bangun. Maka tujuan konseling mudah-mudahan
tercapai, yaitu kesejahteraan klien.
Sebagian besar konselor
dipengaruhi oleh tradisi kognitif-behavioral, atau oleh ide tentang hubungan
profesional klien dalam pekerjaan seperti pengobatan medis, mengajar atau
pekerjaan sosial yang beranggapan bahwa membangun hubungan dekat merupakan
langkah awal dalam konseling, atau platform penting yang memungkinkan dibuatnya
intervensi konseling yang terstruktur.
Sebaliknya, sebagian
konselor yang bekerja berdasarkan tradisi psikoanalitik, melihat hubungan
tersebut sebagai arena pelepasan pola hubungan disfungsional klien, dan hal
tersebut memungkinkan konselor untuk mengamati perilaku klien dan mengatur
penyembuhannya. Akhirnya, ada konselor dalam tradisi humanistik yang menganggap
kontak autentik antar-person mengandung kekuatan penyembuhan.
Berdasarkan pernyataan
diatas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan suatu proses layanan konseling
sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan antara konselor dengan klien. Baik
buruknya kualitas hubungan konseling tidak pernah lepas dari kepribadian
konselor, menguasai teknik konseling serta memiliki wawasan yang luas sangatlah
penting bagi seorang konselor guna untuk mencapai tujuan dari sebuah hubungan
konseling.
Burks dan Steffler dalam
Mochamad Nursalim memberikan gambaran yang cukup memadai, menyatakan bahwa
konseling merupakan suatu hubungan profesional antara klien dengan konselor
yang terlatih. Definisi ini menegaskan bahwa konseling merupakan suatu hubungan
yang bersifat profesional dan mempribadi antara konselor dan klien dengan
maksud mendorong perkembangan pribadi klien dan membantu memecahkan masalah
yang sedang dihadapinya.
Konsep keselarasan
konselor tidak mengandung implikasi bahwa hanya konselor yang mengaktualkan
diri secara penuh yang bisa menjalankan konseling secara efektif. Karena
konselor itu adalah seorang manusia biasa, maka konselor tidak bisa diharapkan
untuk sepenuhnya otentik. Model client-centered berasumsi bahwa jika konselor
selaras dalam hubungannya dengan klien, maka proses konseling bisa berlangsung.
Pengertian empatik yang
akurat merupakan tugas utama konselor dalam memahami pengalaman dan perasaan
klien yang muncul selama proses konseling dari saat ke saat secara peka dan
akurat terutama pengalaman di sini dan sekarang. Tujuan pengertian yang empatik
yaitu untuk mendorong klien agar lebih erat dengan dirinya sendiri, mengalami
perasaan-perasaannya sendiri dengan lebih dalam dan intens, serta mengenali dan
mengatasi ketidakselarasan yang ada pada klien.
Dari pernyataan diatas,
penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan konseling merupakan hubungan yang
bersifat pribadi atau rahasia antara konselor dan klien. Keperibadian konselor
merupakan hal penting dalam membina hubungan konseling. Empati, keselarasan,
perhatian, menerima serta memahami klien merupakan kunci dari kesuksesan dalam
membina hubungan konseling yang baik dengan klien.
bagian besar konselor
dipengaruhi oleh tradisi kognitif-behavioral, atau oleh ide tentang hubungan
profesional klien dalam pekerjaan seperti pengobatan medis, mengajar atau
pekerjaan sosial yang beranggapan bahwa membangun hubungan dekat merupakan
langkah awal dalam konseling, atau platform penting yang memungkinkan dibuatnya
intervensi konseling yang terstruktur.
Berdasarkan pernyataan
diatas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan suatu proses layanan konseling
sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan antara konselor dengan klien. Baik
buruknya kualitas hubungan konseling tidak pernah lepas dari kepribadian
konselor, menguasai teknik konseling serta memiliki wawasan yang luas sangatlah
penting bagi seorang konselor guna untuk mencapai tujuan dari sebuah hubungan
konseling.
Hati tidak akan merasa
baik, beruntung, senang, aman ataupun tenteram kecuali apabila ia telah
beribadah kepada Allah dan mendapatkan cinta-Nya. Seandainya pun hati
mendapatkan semua kenikmatan dan kemudahan dari segala makhluk yang ada di muka
bumi ini, ia akan tetap belum merasa aman dan nyaman selama ia belum
mendapatkan kedudukannya di hadapan Tuhannya.
Sesungguhnya cinta
kepada Allah adalah sumber dasar dari semua cinta kepada yang lainnya.
Barangsiapa yang mencintai Allah, maka ia akan mencintai semua yang
mendekati-Nya. Sesungguhnya cinta manusia kepada Allah akan menjadi energi yang
mampu mengarahkan perilakunya menuju kebaikan dan keridhaan-Nya.
Konsep membangun
hubungan dalam konseling perspektif Islam adalah kepercayaan (amanah),
kejujuran, kasih sayang (empati), toleransi, saling menghargai dan menghormati.
Dalam perspektif Islam, membangun hubungan dalam konseling utamanya untuk
membantu memenuhi kebutuhan klien dalam menyelesaikan permasalahan yang
dialaminya juga memenuhi kebutuhan konselor sebagai bentuk ibadah kepada Allah
Swt dan akan mendapatkan imbalan berupa pahala disisi Allah Swt.
Teori Barbara F. Okun
pada dasarnya sesuai dengan konsep Islam, namun konsep Barbara F. Okun dalam
membangun hubungan konseling sudah lebih dulu dibangun oleh Rasulullah Saw.
Akan tetapi dalam konsep Islam, hubungan dalam konseling tidak hanya sebatas
hubungan dengan manusia juga ada hubungannya dengan Sang Pencipta,
keberhasilan dalam proses hubungan dalam konseling tidak akan berhasil tanpa
izin dari Allah Swt.
comment 0 comments
more_vert