Baca Juga
Dalam
kurun waktu 35 tahun jumlah lanjut usia di Indonesia terus mengalami peningkatan.
Saat ini Indonesia menduduki peringkat kelima pada tahun 2025 yang akan
datang. Sesuai dengan
presentasi kenaikan sekitar 414% lebih dari dua per tiga lansia hidup
diwilayah pedesaan
terpencil. Daerah pedesaan tersebut misalnya di kepulauan Tanimbar
Provinsi Maluku. Pada
bulan April – Juni 2010 melakukan penelitian di 6 wilayah tersebut.
Dalam penelitian
tersebut indicator Kesehatan masyarakat muncul berebagai jenis penyakit
seperti : diabetes
melitus, hipertensi, demensia, pembesaran prostat jinak, katarak, beragam
masalah kejiwaan pada lansia seperti depresi, ansietas dan gangguan tidur. Tujuan dari hasil penelitian yang saya baca ini adalah untuk memberikan gambaran
lansia untuk memberikan gambaran tentang persepsi lansia tentang kehidupan sehari – hari dan pelayanan Kesehatan di wilayah masing – masing untuk memaparkan secara mendalam tentang berbagai masalah lansia dan memberikan solusi terhadap permasalahan lansia di pulau ini. Penduduk lansia terhitung 8.762 orang di atas usia 60 tahun. Di pulau ini juga memiliki posyandu sebanyak 13 buah. Kegiatan sehari hari untuk
penduduk lansia laki –
laki biasanya berkebun sedangkan yang perempuan ada yang berkebun
dan juga menenun
sebagai rutinitas sehari – hari mereka.
Hubungan
lansia dengan keluarga sangatlah jauh. Mengigat banyak dari lansia yang
hidup seorang diri dan
Sebagian hidup Bersama keluarga. Namun banyak dari mereka yang yang
merasa kesepian karena
banyak dari cucu, anak bahkan keluarganya yang merantau keluar kota,
keluar pulau untuk
mencari pekerjaan disana, sedangkan untuk yang tinggal Bersama dengan
keluarganya mereka di
tinggal bekerja jadi sekedar hanya quality time mereka jarang sekali
mendapatkan. Gangguan
Kesehatan lansia di pedesaan hampir sama yaitu keluhan nyeri lutut yang
mengakibatkan terbatasnya gangguan gerak dan rasa tidak nyaman yang menetap.
Selain
itu juga ditemukan asam
urat.
Obat
yang biasanya digunakan pihak Kesehatan desa tersebut yaitu memberikan obat
parasetamol
dan fenamat. Bagi lansia yang mempunyai Riwayat asam urat akan mendapatkan
allopurinol
tanpa menjalani kadar asam urat. Ada yang memiliki Riwayat seperti katarak dan
dibentuklah
program skrinning berhasil menjaring mereka untuk menjalani operasi di saumlaki
oleh
dokter spesialis mata dari ambon. Diabetes melitus dan gastritis kronis juga
ditemukan
pada
lansia di sini. Tak lupa Gangguan fungsi kognitif dinilai berdasarkan beberapa
pertanyaan
singkat
tentang pengetahuan waktu, pengenalan diri, dan perintah tidak dialami oleh
sebagian
besar
lansia di perdesaan dan semiurban.
Berdasarkan
beberapa pertanyaan singkat tentang perasaan dan kegiatan sehari-hari, sebagian
besar lansia tidak menunjukkan gejala gangguan emosional. Sebagian besar lansia
tidak mengalami kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari dan tidak ada
satu pun lansia yang membutuhkan bantuan orang lain untuk aktivitas-hari.
Lansia di perdesaan dan semiurban tidak menunjukkan status kognitif, emosional
dan fungsional yang berbeda. Pelayanan Kesehatan di desa ini bisa dikatakan
baik dan perlu ada peningkatan. Sebagian besar lansia di perdesaan mengatakan
bahwa pelayanan Kesehatan di wilayah mereka belum berjalan optimal, seperti
ditemukan dokter hanya hadir dan 2 bulan lalu kosong denga njangka waktu yang
sangat lama.
kemudian
puskesmas kosong dan hanya diisi oleh mantri atau perawat yang merangkap kepala
puskesmas. Sebagian lansia di pedesaan lebih percaya pada dukun yang
disebut
sebagai ‘orang pintar’ dibandingkan perawat atau mantri. Para lansia tersebut
mengaku
jarang
ke puskesmas karena puskesmas tidak ada dokter.
Masalah
sosial budaya yang di alami oleh lansia di desa terpencil tersebut yaitu karena
terjadinya
urbanisasi yang mampu meningkatkan jumlah lansia yang hidup sendiri tanpa
adanya
anak
dan cucu yang merawatmya. Sebagian masyarakat hanya hidup sepasang suami –
istri
(pasangan
lansia) untuk itu tidak heran jika mereka merasa kesepian. Indonesia belum
mempunyai
sistem yang baik dan lengkap seperti di negara-negara maju sehingga peran
keluarga
merawat lansia masih sangat besar. Masalah yang muncul akibat ketiadaan
keluarga adalah keterbengkalaian kesehatan, peningkatan morbiditas dan
mortalitas, penurunan
kemampuan
mencegah penyakit, serta penurunan kualitas hidup dan kesejahteraan lansia.
Dari
sumber penelitian yang saya baca memiliki beberapa kesimpulan seperti
dikuatkanya
lagi program Kesehatan untuk lansia karena Kesehatan adalah kunci utama lansia
dapat
menjalan aktivitasnya di masa – masa tua untuk menikmati hidupnya. peningkatan
perhatian
pemerintah daerah, peningkatan pengetahuan dan disiplin sumber daya manusia
kesehatan,
dan personel khusus di bidang kesehatan lansia, serta melakukan berbagai studi
dan
inovasi
program berbasis komunitas terhadap lansia. Ke depan, berbagai studi
epidemiologi dan
inovasi
strategi pelayanan kesehataan lansia di daerah perdesaan terpencil di Indonesia
perlu
dipikirkan
dalam rangka menyongsong ledakan jumlah lansia yang sebagian besar akan
bermukim
di daerah perdesaan tersebut.
Faktor
– Faktor yang Mempengaruhi Penduduk Lansia Masih Bekerja
Pengertian
lansia menurut undang – undang No. 13/1998 mengenai kesejahteraan
lanjut
usia yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yng mencapai 60 tahun ke atas.
Sedangkan
menurut Badan Pusat Statistik (BPS) lansia yaitu penduduk berumur 60 tahun ke
atas.
Sedangkan penggolongan lansia menurut Depkes di golongkan menjadi 3 kelompok
yaitu :
1.
Kelompok lansia dini (55-64 tahun) baru memasuki fase lansia
2.
Kelompok lansia (65 tahun keatas)
3.
Kelompok lansia beresiko tinggi yaitu lansia yang berusia (lebih dari 70 tahun)
Dalam
organisasi Kesehatan dunia (WHO) juga mengemukakan bahwa mereka menggolongkan
lansia
menjadi 4 yaitu :
1.
Usia pertengahan (middle age) 45 – 59 tahun
2.
Lanjut usia (elderly) 60 – 74 tahun
3.
Usia tua (old) 75 – 90 tahun
4.
Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
penduduk
lanjut usia yang berumur 60 tahun ke atas di Desa Kenaiban sejumlah 403
orang
dengan sampel 50 orang yang masih bekerja ada 30 orang dan yang sudah tidak
bekerja
(pensiun)
20 orang. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik
pengumpulan data berupa wawancara, observasi lapangan dan analisis dokumen.
Teknik
analisis
data yang digunakan adalah teknik analisis tabel frekuensi dan tabel silang
menyatakan
bahwa
penduduk lansia sebagian besar adalah laki-laki berstatus sebagai kepala
keluarga,
penduduk
lansia yang masih berstatus kawin dengan jumlah janda lebih banyak dari jumlah
duda
dan jumlah tanggungan sebagian besar antara 1- 2.
Pendidikan
penduduk lansia termasuk rendah karena sebagian besar hanya sampai pada
tingkat
SD. Jenis pekerjaan paling dominan adalah pada bidang pertanian. Alasan
penduduk
lansia
masih bekerja adalah untuk mencukupi kebutuhan, sedangkan alasan penduduk
lansia
tidak
bekerja adalah karena kondisi badan sudah tidak kuat lagi. Pendapatan lansia
bekerja
sebagian
besar kurang dari Rp 150.000,00. Hal ini berbeda dengan lansia yang tidak
bekerja
(pensiun),
mereka mempunyai pendapatan lebih dari Rp 500.000,00 per bulan karena mereka
mempunyai
tunjangan hari tua.
Berdasarkan
hasil analisis dan pembahasan sebelumnya, maka diperoleh simpulan
bahwa
model log linear terbaik dari faktor-faktor lansia bekerja adalah Persamaan di atas
menjelaskan
bahwa faktor-faktor yang memengaruhi lansia masih bekerja (U7) adalah status
dalam
rumah tangga (U2), status kawin (U3), lama sakit dalam seminggu (U4), ada atau
tidaknya
tanggungan
(U5), ada atau tidaknya tunjangan hari tua (U6), sedangkan tingkat pendidikan
juga
ikut
berpengaruh tetapi secara tidak langsung.
Dengan
diketahuinya faktor-faktor yang memengaruhi lansia masih bekerja memberikan
informasi
kepada pemangku kebijakan untuk meningkatkan akses lansia terhadap jaminan
sosial
hari
tua, seperti pensiunan dan asuransi bagi penduduk lanjut usia, khususnya bagi
lansia yang
bekerja
di sektor informal. Sedangkan saran untuk lingkup keluarga, anak yang orang
tuanya
memasuki
tahap lanjut usia, agar mereka tidak dibebani tanggungan, diberi tunjangan hari
tua,
dan
tidak membebani lansia sebagai kepala rumah tangga.
comment 0 comments
more_vert