Baca Juga
Di
zaman serba canggih segala informasi dengan cepat kita ketahui, maka kalian
pasti sudah tidak asing dengan kata yang
lagi hype akhir – akhir ini. Kata tersebut yaitu FOMO atau orang biasa
menyebutnya dengan Fear Of Missing Out.
Kalimat ini sangat familiar dikalangan remaja yang serba ingin kekinian supaya
tidak mengalami ketertinggalan. FOMO memiliki arti bahwa orang lain merasakan
sesuatu atau sesuatu yang menyenangkan sedang terjadi tetapi orang itu tidak
menikmati hal yang sama.
FOMO
mengandung emosi negative, perilaku yang terkait dengan tanggung jawab sosial
yang menghubungkan seseorang kepada media sosial. Maka, tidak heran jika
syndrome FOMO ini bagian dari kecemasan sosial yang mengarah dengan media
sosial modern. Untuk itu, FOMO memiliki rasa kehilangan kepada sesuatu yang
menarik dan rasa takut di anggap kurang update saat menggunakan sosial media.
Syndrome
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa
aspek seperti halnya ketakutan yang dimiliki seseorang secara kondisi emosional
(psikis orang). Kekhawatiran sendiri bisa termasuk menjadi kategori fomo yang
di akibatkan melalui lingkaran sosial. Yang terakhir yaitu ada kecemasan, hal
ini dilatar belakangi oleh keadaan cemas orang lain ketika belum memiliki
peristiwa, informasi atau pengalaman yang berharga di sosial media.
Akibat
yang dirimbulkan dari syndrome tersebut intesitas masyarakat dalam menggunakan
media sosial sangat melonjak dengan cepat. Penggunaan sosial media percaya
bahwa pemuda sangat penting untuk berkontribusi dan meningkatkan kaulitas dan
kuantitas dalam dirinya. Selain itu, masyarakat atau remaja lebih terbuka akan
informasi terkini. Dari hal tersebut fomo bisa muncul dalam diri seseorang saat
tidak mampu memperbarui informasi atau mengimbangi update hal terbaru dengan
yang lain.
Maka
jika penggunaan media sosial terus meningkat maka, populasi orang – orang yang
terkena syndrome FOMO semakin meningkat untuk berebut mengakses media sosial.
Sebenarnya fenomena penyalahgunaan media sosial dapat di control dengan cara
menempatkan, menyetting, dan membentengi diri dari segala toxic sosial media.
Untuk penanaman regulasi dalam diri individu sangatlah penting yang akan
berperan membentuk perilaku individu untuk lebih bijak dalam menggunakan sosial
media.
comment 0 comments
more_vert